Lucy Guo: Dari Anak Jenius Hingga Miliarder Teknologi

Lucy Guo: Dari Anak Jenius Hingga Miliarder Teknologi

Syarira Hanandhita Putri Ilham, 20240101256

28 September 2025  00.15


                                             ( FOTO: Credit to The Indian Express)



Perjalanan Hidup 

Lucy Guo lahir pada tahun 1994 di California, Amerika Serikat, sebagai anak dari keluarga imigran Tionghoa. Sejak kecil ia sudah menunjukkan ketertarikan terhadap teknologi, belajar pemrograman secara mandiri dan mencari cara menghasilkan uang dari ide-ide kecil seperti menjual barang koleksi. Ia kemudian masuk ke Carnegie Mellon University untuk mendalami Ilmu Komputer, tetapi di tengah jalan memutuskan untuk keluar setelah mendapat kesempatan mengikuti Thiel Fellowship, sebuah program beasiswa bagi wirausahawan muda. 

Setelah keluar dari kampus, Lucy mengambil berbagai posisi di perusahaan-perusahaan teknologi seperti Facebook, Snapchat, dan Quora — di sanalah ia bertemu dengan Alexandr Wang, yang kelak menjadi rekannya dalam mendirikan Scale AI.  Pada tahun 2016, Lucy dan Alexandr Wang mendirikan Scale AI, sebuah perusahaan yang menyediakan layanan pelabelan data (data labeling) dan dukungan data kualitas tinggi bagi perusahaan-perusahaan AI. 

Namun, pada 2018 Lucy keluar dari Scale AI, bukan karena gagal, melainkan karena perbedaan pandangan dalam manajemen. Meskipun demikian, ia tetap mempertahankan sekitar 5% kepemilikan saham di Scale AI. Seiring perkembangan perusahaan, saham itu kini menjadi sumber kekayaan besar baginya. 

Sejak kemudian, Lucy tidak berhenti berinovasi. Ia mendirikan Backend Capital yang berfungsi sebagai firma modal ventura yang mendukung startup tahap awal, khususnya yang berbasis teknik (engineering).  Pada tahun 2022, Lucy meluncurkan sebuah produk baru bernama Passes, sebuah platform monetisasi untuk kreator konten yang ingin berinteraksi langsung dan menerima pendapatan dari penggemar mereka.  Platform ini juga menarik perhatian investor: pada 2024, Passes berhasil mengumpulkan pendanaan Seri A senilai US$ 40 juta. 

Scale AI sendiri terus tumbuh dan melakukan ekspansi bisnis. Pada 2025, Scale AI merilis platform baru untuk evaluasi model LLM, dan juga menjalin kemitraan strategis, termasuk perjanjian kerja sama dengan pemerintah Qatar serta kontrak dengan Departemen Pertahanan Amerika Serikat melalui proyek “Thunderforge”.  Di sisi lain, pada pertengahan 2025 muncul pengumuman bahwa Meta (Facebook/Meta Platforms) mengambil 49% saham di Scale AI dengan investasi sekitar $14,8 miliar, menjadikan valuasi Scale AI mencapai kisaran US$ 29 miliar. 

Pelajaran yang Diperoleh

Pertama, Lucy Guo mengajarkan bahwa kepemilikan (equity) dalam sebuah perusahaan bisa bernilai jauh lebih besar dari pendapatan aktif. Meskipun ia sudah keluar dari Scale AI sejak 2018, dengan mempertahankan 5% saham, ia kini memetik hasil besar dari pertumbuhan perusahaan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dalam dunia startup, keputusan untuk tetap mempertahankan saham bisa menjadi aset jangka panjang penting.

Kedua, Lucy memperlihatkan bahwa seorang pengusaha harus bisa beradaptasi dan merambah ke bidang baru — ia tidak terpaku hanya di bidang AI. Dengan meluncurkan Passes, ia mencoba memasuki “creator economy”, sebuah sektor yang penuh tantangan dan ketidakpastian. Meskipun tidak mudah dan menghadapi kompetisi serta regulasi konten, langkah ini menunjukkan keberanian untuk berinovasi. 

Ketiga, gaya hidup Lucy juga mengajarkan nilai kesederhanaan dan kewajaran meskipun memiliki kekayaan besar. Dalam wawancara di tahun 2025, ia mengaku meski punya kekayaan sekitar US$ 1,25 hingga US$ 1,3 miliar, ia masih membeli pakaian dari toko murah seperti Shein dan menggunakan mobil Honda Civic. Filosofinya: “Act broke, stay rich” — berpura-puralah hidup sederhana meski dalam kenyataan punya banyak aset. 

Keempat, Lucy juga memperingatkan bahwa jalan menuju kesuksesan tidak selalu linier dan mudah: dalam membangun Passes, ia menghadapi tantangan hukum atas dugaan konten yang tidak sesuai aturan (misalnya klaim konten eksplisit di bawah umur). Tetapi ia dan timnya menolak tudingan tersebut, menegaskan bahwa platformnya melarang konten seksual eksplisit.  Ini menjadi pelajaran bahwa inovasi harus dibarengi kesadaran peraturan dan tanggung jawab sosial.

Kesimpulan

Dengan tambahan data terkini, kisah Lucy Guo masih sangat relevan dan inspiratif. Kekayaannya kini diperkirakan berada di kisaran US$ 1,25 hingga US$ 1,3 miliar, terutama berasal dari kepemilikan saham di Scale AI yang telah tumbuh secara eksponensial serta keterlibatannya dalam bisnis baru seperti Passes. 

Kisahnya mengingatkan kita bahwa sukses besar dalam teknologi tidak sekadar soal menjadi bos atau membangun satu perusahaan, tetapi soal membuat keputusan strategis, memiliki visi jangka panjang, berani mengambil risiko, dan tetap berprinsip dalam menjalani hidup. Lucy Guo bukan hanya contoh dari generasi muda yang sukses dalam dunia startup, tetapi juga sosok yang menunjukkan bahwa nilai-nilai pribadi (kerendahan hati, tanggung jawab, inovasi) tetap penting meskipun di puncak kesuksesan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LUAS SEGI-n BERATURAN, JARI-JARI LINGKARAN LUAR DAN LINGKARAN DALAM SEGITIGA, GARIS SINGGUNG PERSEKUTUAN LUAR/DALAM LINGKARAN

REVIEW SERIAL "DARK": SERIAL NETFLIX TERBAIK YANG UNDERRATED

TURUNAN FUNGSI ALJABAR